Kaligrafi, Bagian tak Terpisahkan dari Kebudayaan dan Peradaban Aceh

Banda Aceh – Seni kaligrafi mempunyai peran yang besar dalam perkembangan peradaban Islam di dunia. Dibandingkan dengan seni Islam yang lain, kaligrafi memperoleh kedudukan paling tinggi, dan merupakan ekspresi spirit Islam yang sangat khas. Kaligrafi sering disebut pula sebagai seninya seni Islam. 

Hal tersebut diutarakan oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh Drs H Zainal Arifin dalam sambutannya saat membuka acara Dakwah dan Seminar Kaligrafi Internasional bersama Syeikh Belaid Hamidi di Aula Madani, Lantai IV Gedung A Balai Kota Banda Aceh, Kamis (26/11/2015).

Menurutnya, kaligrafi mencerminkan kedalaman makna seni, yang esensinya berasal dari nilai dan konsep keimanan. Oleh sebab itu kaligrafi berpengaruh besar terhadap bentuk ekspresi seni yang lain atau dengan kata lain, terhadap ekspresi kultural secara umum. 

Aceh, sebut Zainal Arifin, memiliki keterikatan sejarah dengan daerah di mana seni kaligrafi ini berasal, dan juga telah pula menjadi bagian dari perjalanan seni kaligrafi dari waktu- ke waktu dan sampai pada masa sekarang. “Bahkan, Kaligrafi telah masuk ke sendi sendi kehidupan masyarakat Aceh dengan sangat lekat.”

“Dengan kata lain, kaligrafi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan dan peradaban Aceh. Hal ini karena hubungan Aceh dengan bangsa-bangsa di Arab selaku pemilik asal/ penemu seni ini yang terjalin baik sejak lama khususnya terkait dengan masuknya dan penyebaran Islam di Nusantara,” katanya.

Ia menambahkan, seni kaligrafi telah menyatu dengan Aceh sejak Islam pertama kali tiba di Aceh sampai dengan sekarang. “Pertumbuhan minat akan seni ini di kalangan masyarakat Aceh cukup baik sejak dahulu, dan memiliki peranan penting dalam perkembangan kebudayaan dan agama Islam di Aceh.”

Ia menjelaskan, keistimewaan kaligrafi dalam seni Islam terlihat terutama karena merupakan suatu bentuk “pengejawantahan” firman Allah SWT yang suci. Disamping itu, kaligrafi merupakan satu-satunya seni Islam yang dihasilkan murni oleh orang Islam sendiri. “Tak seperti jenis seni lain yang banyak mendapat pengaruh dari seni maupun seniman non muslim.”

Maka tidak mengherankan jika sepanjang sejarah, penghargaan kaum muslim terhadap kaligrafi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis seni yang lain. “Sejalan dengan hal itu pula, Aceh menempatkan seni kaligrafi sebagai satu karya yang sangat dihargai, bahkan sebagaian kalangan beranggapan kaligrafi adalah seni karya sakral,” pungkasnya.

Syeikh Belaid Hamidi asal Mesir menjadi narasumber utama acara dakwah dan seminar Seni Kaligrafi dalam Peradaban Islam ini, menyebutkan memang sudah menjadi cita-citanya sejak delapan tahun yang lalu agar dapat hadir ke Banda Aceh.

“Saya punya cita-cita agar suatu saat dapat hadir ke Aceh karena murid saya pertama sejak hijrah ke Mesir berasal dari Aceh yang saat itu mendaftarkan dirinya langsung kepada saya,” ungkap Syeikh Hamidi.‎

Berdasarkan cerita muridnya itu, ia mengetahui jika dalam musibah Tsunami 2004 banyak kaligrafer Aceh yang turut menjadi korban. Untuk itu, ia pun menyatakan siap membantu ntuk mencetak kaligrafe-kaligrafer baru di Aceh.

“Setelah tsunami sudah banyak pelajar Aceh yang belajar ke Mesir dan langsung belajar kepada saya. Setiap kali saya menyerahkan ijazah, pelajar dari Aceh yang banyak mendapatkannya dan mereka mampu bersaing dengan pelajar dari negara lain,” ungkap Syeikh.

Menurutnya, seni kaligrafi merupakan sumber dari agama Islam dan ini menjadi kekuhususan umat muslim. “‎Jika orang Yunani bangga dengan teaternya dan Prancis bangga dengan sinemanya, maka sudah seharusnya lah kita sebagai muslim bangga dengan seni kaligrafi,” ujarnya.‎‎

Masih menurut Syeikh Hamidi, dalam melestarikan seni kaligrafi maka diperlukan metode baru dengan tujuan memudahkan orang untuk mempelajari seni kaligrafi . “Saat ini kita sadari sebagian orang sudah tidak suka lagi menulis dengan tangan, maka metode Hamidi ini hadir dengan konsep mudah bagi yang ingin belajar dengan cepat,” ungkapnya di depan ratusan peserta seminar.

Acara tersebut digelar oleh Di‎nas Syariat Islam (DSI) Kota Banda Aceh bekerjasama dengan Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh. Selain Syeikh Hamidi, pihak panitia juga mengundang Ustaz Atthoillah asal Jombang yang merupakan penggagas metode khat (kaligrafi) Hamidi di Indonesia. (Jun/Sab)


Update: 27-11-2015


SHARE: