DPRD Balikpapan Studi Banding ke Banda Aceh

Banda Aceh – Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin bersama 22 anggota dewan lainnya dan sejumlah unsur pemerintah, staf pedamping, serta awak media melakukan kunjungan kerja selama tiga hari ke Kota Banda Aceh.

 

Senin (22/8/2016) pagi, mereka diterima oleh Asisten Keistimewaan Ekonomi dan Pembangunan Setdako Banda Aceh Gusmeri di balai kota. Gusmeri yang pada kesempatan itu mewakili wali kota turut didampingi oleh Asisten Pemerintahan Bachtiar, para staf ahli, Kepala SKPK dan Kabag di lingkungan Setdako Banda Aceh. 

 

Menurut Sabaruddin, pihaknya sengaja memilih Banda Aceh sebagai lokasi studi banding terkait tata kelola organisasi perangkat daerah, pendidikan, PAD, aset daerah, dan pengelolaan air bersih. “Kami menilai sistem tata kelola kota dan keuangan di Banda Aceh sudah sangat baik, karena itulah kami memilih Banda Aceh,” katanya.

 

Ia menjelaskan, Kota Balikpapan yang saat ini berpenduduk sekira 750 ribu jiwa dengan APBD Rp 3,1 triliun (PAD Rp 500 miliar), merasa masih perlu belajar pada Banda Aceh terkait regulasi peningkatan PAD, penyaluran APBD, dan perimbangan keuangan.

 

“Termasuk soal aset daerah mengingat banyak aset di daerah kami yang masih terbengkalai dan belum terkontrol dengan baik. Kami ingin mengetahui secara detail mengenai pengelolaan aset di Banda Aceh. Terakhir, kami juga ingin belajar soal penyedian air bersih di Banda Aceh.”

 

Sabaruddin yang turut datang bersama staf ahli wali kota, perwakilan Dispenda, Disdik, dan DPKAD Balikpapan, juga menyatakan sangat terkesan dengan pembangunan Banda Aceh pasca musibah gempa bumi/tsunami 2004. “Banda Aceh sangat aman dan kami merasa nyaman di sini. Visi Banda Aceh Model Kota Madani juga nyambung dengan visi Kota Beriman-nya Balikpapan,” pungkasnya.

 

Sebelum dimulai sesi diskusi, Gusmeri memaparkan secara singkat sejarah dan kondisi Banda Aceh hari ini kepada hadirin via slide presntasi plus pemutartan video profil Kota Banda Aceh. “Cerminan orang Aceh itu seperti Rumoh Aceh, susah masuknya tetapi serasa begitu lega saat sudah berada di dalamnya. Aceh tidak identik lagi dengan kekerasan, kami terbuka bagi dunia,” kata Gusmeri. (Jun)


Update: 23-08-2016


SHARE: