Illiza: Kalau Kami Salah Tolong Ditegur, Kalau Benar Diikuti

Banda Aceh – Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Banda Aceh mengelar Pendidikan Kader Ulama (PKU) di Hotel Regina selama enam hari, dari tanggal 20 s/d 26 April 2015 mendatang.

Acara bertema “Melalui Pendidikan Kader Ulama (PKU), Kita Samakan Persepsi Dalam Membina Umat Kota Banda Aceh” ini dibuka langsung oleh Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE, Senin (20/4/2015).

Burhanuddin A Gani selaku ketua panitia melaporkan, para peserta PKU ini merupakan utusan dari kecamatan, sejumlah dayah dan ormas islam yang ada di Banda Aceh.

“Materi yang diberikan antara lain tugas-tugas pokok MPU, materi tentang fiqih, tauhid, akhlak tasawuf, ilmu tafsir dan hadis. Tujuannya untuk meningkatkan SDM dan membentuk generasi penerus ulama,” katanya.

Ketua MPU Kota Banda Aceh Drs Tgk H A Karim Syekh MA dalam sambutannya mengatakan, pendidikan yang dimaksud dalam PKU ini merupakan konsep perubahan tingkah laku serta penambahan wawasan pemikiran tentang ilmu-ilmu agam Islam.

“Kata kader yang kita maksud adalah orang yang diharapkan bisa memegang estafet fungsi keulamaan, agar tidak terjadi kekosongan kursi ulama di Banda Aceh. Ulama yang hendak kita lahirkan adalah orang mukmim yang memahami ilmu agama secara luas dan mendalam, mau mengamalkan dan menurunkannya kepada generasi selanjutnya.”

Ia juga menyinggung mengenai multi tafsir, terutama terhadap hal-hal furuq agama yang kerap muncul ke permukaan. “Perbedaan yang muncul dari soal furuq ini butuh toleransi antara satu sama lain agar tidak merusak ukhuwah islamiah. Bicarakan dan bahas hal ini dalam forumiforum ilmiah, jangan langsung kita lempar ke publik,” pesannya.

Sementara Wali Kota Illiza dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada MPU sebagai gerbong utama penggerak umat yang telah megadakan acara ini. “Sosok ulama sangat dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat, dan  kita rasakan semakin berkurang jumlahnya saat ini. Makanya perlu pengkaderan seperti yang pernah pula dilakukan Rasulullah SAW,” katanya.

Antara penceramah dan ulama, kata Illiza, harus  ada perbedaannya. Orang yang berceramah belum tentu seorang ulama, namun ulama sudah pasti seorang penceramah. “Jangan sampai orang yang pintar berceramah dan mampu berkomunikasi dengan bagus namun ilmunya terbatas sehingga bisa menyesatkan umat.”

Wali kota juga menyatakan ketertarikannya dengan sistem pembelajaran agama Islam di Mesir. “Belajar agama di sana gratis dan ulama-ulamanya selalu berada di masjid bersama masyarakat. Ini perlu kita contoh, menempatkan para ulama di tengah-tengah masyarakat dan akan digaji oleh pemerintah.”

Dengan pelatihan ini, Illiza mengharapkan bisa memberikan wawasan yang lebih baik dan melahirkan sosok ulama ideal yang punya cukup ilmu dan hatinya senantiasa takut kepada Allah SWT.

“Ilmu itu ibarat pedang, jika pedang itu dibawa oleh orang yang baik maka akan sangat berguna, begitu pula sebaliknya. Ulama yang punya ilmu yang cukup dan takut kepada Allah, maka semua persoalan umat akan ditanggapi secara positive thinking.”

Wali kota juga mengingatkan, kadang dalam kehidupan, ilmu, jabatan, kekayaan, bahkan ketampanan bisa membuat orang jauh dari Allah. “Tetaplah tawaduk, seperti bintang di atas permukaan air, bukan seperti asap yang tinggi namun tak berguna.”

Mengakhiri sambutannya pada acara yang turut dihadiri oleh Kepala Dinas Syariat Islam Banda Aceh Mairul Hazami SE dan sejumlah tamu undangan lainnya itu, Illiza mengatakan ulama dan umara harus selalu berdampingan. “Kalau kami salah tolong ditegur, kalau benar diikuti,” pungkas Illiza. (Jun)


SHARE: