Illiza Buka Musrenbang Banda Aceh 2015

Banda Aceh – Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE membuka secara resmi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota Banda Aceh 2015.

Acra yang digelar di Aula Lantai IV Balai Kota Banda Aceh, Kamis (26/3/2015) pagi tersebut dihadiri oleh Sekdako Banda Aceh Ir Bahagia Dipl SE, para Asisten, Staf Ahli, Kepala SKPD, Camat, Keuchik di lingkungan Pemko Banda Aceh, unsur DPRK Banda Aceh, perwakilan LSM dan organisasi wanita serta sejumlah awak media.

Wali Kota Illiza dalam sambutannya mengatakan, sesuai dengan tema Musrenbang kali ini yakni “Melalui Pelaksanaan Musrenbang Kota Banda Aceh 2015, Kita Tingkatkan Kualitas Perencanaan Menuju Kota Madani yang Berinovasi”, visi Kota Banda Aceh mejadi Kota Madani merupakan cita-cita seluruh masyarakat.

“Mewujudkan Kota Madani tugas kita bersama, dan pelaksanaan Musrenbang ini menjadi penting karena pembangunan tidak bisa berjalan baik jika perencanaannya tidak baik.”

Mulai tahun ini pula, sambung Illiza, Pemko Banda Aceh juga telah menerapkan aplikasi e-Musrenbang baik, di tingkat gampong, kecamatan hingga kota.

“Dengan e-Musrenbang, kita bisa lebih mudah mengakses informasi terkait aspirasi atau masukan dari masyarakat untuk perencanaan pembangunan kota kita  dan tentu saja lebih transparan karena semua pihak bisa mengawasi.”

Hasil Musrenbang ini nantinya, kata wali kota, akan dibawa ke Musrenbang tingkat provinsi dan selanjutnya ke tingkat nasional. “Nanti akan disesuaikan dengan rengan rencana pembangunan jangka menengah atau jangka panjang provinsi, apa-apa saja yang bisa diakomodir,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Illiza juga menyinggung soal penerapan konsep smart city dan Syariat Islam di Banda Aceh pada saat bersamaan. “Banda Aceh tersiap di Indonesia untuk menerapkan konsep smart city, setelah kita baru Bandung dan Banyuwangi.”

“Walau kita berbeda dengan daerah lain karena daerah kita menerapkan Syariat Islam, namun justru dengan penerapan teknologi berbingkai syariah kota kita bisa lebih maju. Kita ingin menerapkan apa yang Allah mau, bukan semata yang kita mau,” sebut Illiza.

Ia menambahkan, Jepang sebagai negara yang tak perlu diragukan lagi kecanggihan teknologinya, pasca tsunami berbeda sekali suasananya. “Di Aceh tidak ada yang bunuh diri dan banyak situs-situs tsunami sebagai pengingat bagi generasi mendatang. Sementara di sana, sisa tsunami tak berbekas sama sekali karena ditakutkan membuat masyarakatnya trauma.”

Pada akhir sambutannya, wali kota mengingatkan, sebagai ibukota provinsi, Banda Aceh menjadi contoh bagi daerah-daerah lain. “Jika kita baik atau buruk, maka daerah lain akan mencontohnya. Semoga kita bisa selalu menularkan hal-hal baik ke kabupaten/kota lainnya di Aceh.” (Jun)


SHARE: