Penerapan Konsep Triple Helix Membangun Penguasaan Pengetahuan Kebencanaan

BANDA ACEH-Kota Banda Aceh mencoba menerapkan konsep triple helix dengan penguatan Swasta, Pemerintah dan Universitas untuk membangun kemampuan penguasaan pengetahuan kebencanaan dan knowledge sharing kepada pihak lain termasuk manca negara.

Hal tersebut dikemukakan Wakil Walikota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Walikota Bidang Hukum dan Politik Ir. T. Iwan Kesuma pada Penutupan Training Course on Disaster Risk Management, Sabtu (2/10) malam di Sulthan Hotel Banda Aceh. 

Kegiatan yang berlangsung sejak 27 Oktober ini dilaksanakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang bekerja sama dengan Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, diikuti peserta dari beberapa negara diantaranya Fiji, Papua New Guinea, Timor Leste, Sri Lanka, Senegal dan Bangladesh.

Dikatakannya, Sebagaimana dimaklumi, bahwa sebagian besar daerah di Indonesia berada di Cincin Api Pasifik, yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Dan Aceh ditakdirkan berada pada lingkaran tersebut, yang dengan sendirinya harus terbiasa hidup dengan bencana alam, seperti gempa bumi dan bencana-bencana alam lainnya.

Katanya lagi, bencana tak pernah bisa diprediksi, baik kita yang tinggal di Aceh maupun di negara-negara lain memahami benar hal ini. Namun kita juga diberikan kekuatan untuk membangun sebuah kehidupan yang memberikan keamanan dan keselamatan bagi seluruh penduduk dan meminimalisir jumlah korban, jika kelak bencana itu datang kembali.

Kemampuan dan teknologi yang ada, tambahnya dalam pidato berbahasa Inggris itu, hendaknya menjadi alat untuk menjadikan kehidupan kita dan anak cucu di masa mendatang menjadi lebih baik. Training Course ini adalah langkah penting untuk mewujudkan hal tersebut.

Disebutkan juga, pasca tsunami, Banda Aceh mengalami perubahan fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Kini daerah ini menjadi lebih terbuka dan dikenal di mata dunia. Warga Kota Banda Aceh merasa lebih dekat dengan kota-kota lain di dunia yang mengalami musibah yang sama. Rasa solidaritas ini tentu saja membawa pihak-pihak yang terlibat di dalamnya ke level kerjasama yang lebih baik.

Kerjasama dengan Kota Higashi-Matsushima, sebutnya, adalah salah satu hal yang membanggakan. Kerja sama kedua kota ini memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Kerjasama ini memperbesar peluang mobilisasi sumber daya manusia, alam dan potensi kedua kota di masa depan. Salah satu yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah pendidikan mitigasi bencana. Dan dalam waktu dekat juga akan diadakan pertemuan di Korea terkait dengan manajemen risiko bencana ini. (MA)


SHARE: