Di Forum PIDD Malaysia, Illiza Berbagi Pengalaman 10 Tahun Membangun Banda Aceh
Ipoh – Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE menjadi salah satu pembicara pada acara The Pangkor International Development Dialogue (PIDD) dengan tema “Implementing Sustainability For Inclusive Growth” di Hotel Casuarina, Ipoh, Merak-Malaysia.
Acara yang digelar oleh Institut Darul Ridzuan tersebut dibuka oleh Menteri Besar Perak YAB Dato Seri Diraja Dr Zambry Abd Kadir. Turut hadir pada kesempatan itu Chief Executive Institut Darul Ridzuan Dr Mazalam Kamis.
Pada sesi pertama, Dr Tommy Weir selaku Founder of Emerging Market Leadership Centre Growing Against the Odds, tampil sebagai pembicara. Sementara Wali Kota Illiza menjadi pembicara pada sesi kedua acara. Pembicara lainnya yakni Panu Uthairat (Thailand), dan Hon Nerivi Santos Martinez (Mayor of Talavera, NuevaEcijia, Philippines).
Di hadapan para undangan, praktisi, profesor dan seluruh peserta PIDD, Illiza mengungkapkan ia merasa terhormat mendapatkan kesempatan berbicara di forum tersebut untuk berbagi pengalaman pihaknya dalam membangun Kota Banda Aceh selama 10 tahun terakhir.
Dalam kurun waktu tersebut, kata Illiza, pihaknya belajar bahwa tantangan yang dihadapi telah berubah dari membangun kota sebagai pusat pertumbuhan, menjadi kota tempat hidup di mana semua orang bisa hidup dengan damai. “Membangun kota yang inklusif di dalam perspektif pembangunan berkelanjutan harus dilihat dari tiga perspektif; gender, lingkungan, dan masyarakat yang terus belajar.”
Ia menjelaskan, dalam perspektif gender, yang dalam berbagai kasus selalu menghambat pembangunan, perempuan menghadapi kesulitan untuk hidup dalam keadaan yang lebih baik jika mereka tidak mampu mengakses tempat tinggal yang baik, pendidikan, proses politik dan administrasi, pelayanan dan ruang publik. “Selain itu, perempuan juga rentan terhadap bencana,” katanya.
Selanjutnya Illiza memaparkan sejumlah isu dalam perspektif lingkungan dan dalam perspektif masyarakat yang terus belajar, antara lain meningkatnya keprihatinan terhadap kesehatan lingkungan dan perubahan iklim, pemantapan proses belajar untuk mengurangi resiko bencana, dan pengarusutamaan nilai-nilai islami dalam pembangunan.
Tak ketinggalan, ia juga memaparkan sejumlah program yang telah dilakukan pihaknya, road maps serta tantangan kedepan dalam hal pembangunan berkelanjutan sebagai langkah awal membangun Kota Banda Aceh sebagai salah satu model kota inklusif dan tangguh.
Mengakhiri presentasinya, Illiza menyebutkan nilai-nilai islami yang universal yang juga merupakan basis kearifan lokal, menjadi dasar bagi pembentukan elemen utama pembangunan, yakni masyarakat. “Masyarakat mengembangkan dan mengadaptasi nilai-nilai islami tentang disiplin, toleransi dan tanggung jawab demi generasi mendatang.”
“Keterlibatan dalam proses pembelajaran akan menjadi sumber bagi penguatan masyarakat itu sendiri. Hal inilah yang nantinya menjadi kunci keberhasilan bagi pembangunan kota yang inklusif dan tangguh,” demikian Illiza Saaduddin Djamal. (Jun)