Cegah Konflik Singkil Meluas, Illiza Pertemukan Pemuka Lintas Agama di Balaikota
Banda Aceh – Menyikapi insiden yang terjadi di Aceh Singkil perihal pembakaran Gereja, Walikota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE menggelar pertemuan pemuka lintas Agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB ) Banda Aceh. Kamis (14/10/2015). Ikut hadir dalam pertemuan tersebut Mairul, Kadis Syariat Islam, Ir Bahagia Dipl SE, Sekda Kota Banda Aceh, Kasatpol PP dan WH Yusnardi S Stp, BIN, Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Zulkifli serta MPU Banda Aceh.
Pemko Banda Aceh akan melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi permasalahan tersebut tidak meluas hingga ke Banda Aceh. “Apa yang terjadi disingkil bukanlah persolan mudah jika tidak diatasi dengan bijak. maka persoalan ini bisa saja meluas. Pertemuan hari ini untuk mencarikan solusi atas kejadian di singkil agar apa yang terjadi di Singkil tidak menyebar di Banda Aceh,” ungkap Illiza.
Lanjut Illiza, persoalan ini harus kita sikapi dengn cepat dengan cara musyawarah dan mufakat. Walikota juga memberikan himbauan agar khatib yang berceramah pada hari jumat dapat menyampaikan serta memberikan penyejukan dalam kerukunan beragama. Illiza meminta tidak ada khatib yang membakar atau memanaskan jamaah terhadap kejadian yang terjadi di Aceh Singkil.
Sementara itu, Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Zulkifli, berharap agar kejadian yang terjadi di daerah lain tidak berimbas di Banda Aceh. “Untuk langkah-langkah agar tidak meluasnya kejadian tersebut, kita juga telah melakukan komunikasi dengan pihak non muslim.” Pungkasnya.
Kapolresta menambahkan, tugas kita disini adalah memberikan kenyamanan bagi masyarakat serta tidak menyebarkan informasi atau cerita yang tidak terjadi. Menurut Kapolres, pembangunan rumah ibadah di Banda Aceh sudah ada peraturan tersendiri. Ia berharap demi kemaslahatan dan kerukunan bersama, maka perlu dibuat kesepakatan.
Kapolres juga menghimbau kepada seluruh insan pers maupun undangan yang hadir agar dapat meredam suasana menjadi penyejuk dengan tidak memberikan informasi yang berlebihan agar tidak melakukan hal yang dapat memancing situasi.
Ketua MPU Banda Aceh, Tgk A karim Syeh ikut memberikan masukan. Menurutnya ada beberapa pencegahan yang mesti dilakukan agar tidak meluasnya kejadian ini di Banda Aceh. “Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah berdiskusi dengan pihak rektorat. Selanjutnya harus diajak duduk bersama ormas-ormas islam,” ujarnya.
Menurut dosen UIN Ar-Raniry ini, permasalahan rumah ibadah telah diatur sedemikian jelas pada peraturan Mentri maupun Gubernur. “Jika taat pada peraturan yang telah ada maka konflik tidak pernah terjadi,” ujar Tgk Karim Syeihk. Hal senada juga diutarakan Amiruddin, Kekemenag Kota Banda Aceh, ia berharap agar Masjid tidak dijadikan media yang provokatif.
Sementara, Willy dari unsur agama Budha Banda Aceh menyambut baik pertemuan tersebut. “Awalnya kami berpikir bahwa besok (jumat) merupakan hari yang menakutkan bagi kami. Namun setelah ada pertemuan serta himbauan dari Walikota, kini kami dari umat Budha sudah merasa lega.” ungkap Willy.
Begitupun tanggapan Robertus dari Gereja Khatolik, ia menyambut baik inisiatif Walikota yang duduk bersama membahas langkah-langkah agar tidak terjadinya pergerakan yang tidak diinginkan.
Menanggapi tanggapan tersebut, Walikota mengatakan bahwa Keberadaan umat kristiani dan Nasrani yang ada di Banda Aceh akan kita jaga bersama. “Pertemuan hari ini adalah sebagai kesepakatan bersama menjaga ketertiban dan keamanan bersama. Sehingga masyarakat merasa dilindungi.” Ungkap Illiza sebelum mengakhiri pertemuan. (SBR)