Pemko Banda Aceh Bahas Kerja Sama Tahap II dengan Higashimatsushima
Banda Aceh – Pemerintah Kota Banda Aceh membahas kerja sama tahap kedua dengan Pemko Higashimatsushima khususnya dengan HOPE-Community Based Mutual Recontruction Acceleration Program by Utilization df Local Resources in Banda Aceh and Higashimatsushima (CoMU Project) yang bekerjasama dengan JICA, Jepang.
Kerja sama fase pertama Pemko Banda Aceh dengan Kota Higashimatsushima yang juga pernah luluh lantak akibat gempa dan tsunami itu, telah berlangsung sejak April 2014 lalu dan akan berakhir pada Maret 2016 mendatang.
Pada pertemuan yang digelar di balai kota, Senin (3/8/2015) tersebut, Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE didampingi oleh Asisten Administrasi Umum M Nurdin SSos, Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik Ir T Iwan Kesuma serta sejumlah Kepala SKPD.
Sementara Yoko Odaira selaku salah satu Koordinator HOPE, memimpin rombongan berjumlah delapan orang yang terdiri dari mahasiswa, pegawai Pemko Higashimatsushima, serta perwakilan JICA dan HOPE (Comu Project).
Wali Kota Illiza dalam sambutannya mengungkapkan kebahagiaannya bisa bertemu kembali dengan keluarga besar dari Higashimatsushima. “Bagi yang baru pertama kali datang ke Banda Aceh saya ucapkan selamat datang dan semoga betah di kota kami.”
Pada kesempatan itu, Illiza juga menerima draf Momorandum of Understanding (MoU) jilid dua dari HOPE -perusahaan swasta bentukan Pemko Higashimatsushima yang fokus pada bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
“Semoga apa yang akan kita tuangkan dalam MoU yang baru ini bisa berjalan lancar untuk meneruskan apa yang telah digagas bersama almarhum Bapak Mawardy Nurdin pada MoU pertama dulu. Draf ini akan kami bahas terlebih dahulu dengan SKPD terkait, dan kami sangat mengapresiasi itikad untuk memperpanjang kerja sama ini,” kata wali kota.
Asisten Administrasi Umum M Nurdin menambahkan, kerja sama kedua pihak pada tahap pertama lebih bersifat umum pada sektor pengelolaan sampah, mitigasi bencana, perikanan dan pariwisata serta community bussiness. Pada tahap pertama pula, kedua belah pihak telah beberapa kali mengadakan program on the job training (pertukaran delegasi) baik PNS maupun masyarakat untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.
“Untuk ke depan kami menawarkan kerja sama lanjutan pada tiga sektor, yakni perikanan, comunal garden, disaster management dan program creative camp,” katanya di hadapan delegasi Negeri Matahari Terbit tersebut.
Yoko Odaira, salah satu koordinator HOPE menyebutkan, pada kunjungan kali ini ke Banda Aceh, pihaknya telah berkunjung ke banyak terutama objek wisata tsunami. Menurutnya, Banda Aceh berhasil menjaga situs-situs tsunami dengan baik. “Kota kami juga punya sejumlah tempat serupa tapi belum digarap dengan baik.”
“Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Huta Kota Tibang yang sangat menginspirasi kami. Di Higashimatsushima ada tempat yang sama dan letaknya berdekatan dengan laut, mungkin tempat itu bisa kami sulap seperti Hutan Kota Tibang,” ungkap wanita yang fasih berbahasa inggris ini.
Minggu (2/8) kemarin, sambungnya, mereka juga ikut bergotong royong dengan masyarakat Gampong Lambung, Kecamatan Meuraxa. “Besok kami akan berkunjung ke area relokasi pemukiman korban tsunami di komplek Perumahan Budha Suci. Kami ingin mengetahui bagaimana bencana ini berpengaruh pada masyarakat di sana,” pungkasnya.
Selanjutnya, Yoko Odaira dan Wakiko Ito, perwakilan dari HOPE, mempresentasikan sejumlah program kerja sama lanjutan dengan Pemko Banda Aceh, antara lain soal mitigasi bencana, pertukaran nelayan dan kebun desa.
Menurut Wakiko Ito, rencana program lanjutan di bidang rehabilitasi dan rekonstruksi yang saling menguntungkan selama tiga tahun ke depan tersebut akan menitikberatkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk mitigasi bencana.
“Intinya keberhasilan di Higashimatsushima akan ditransfer ke Banda Aceh, begitu pula sebaliknya. Hal utama yang ingin kami lakukan adalah mengaktifkan kembali escape building. Kami berharap setengah dari aktivitas masyarakat bisa dilakukan di sana. Perpaduan antara bussiness community dan pengetahuan mitigasi bencana bisa memciptakan komunitas yang kuat.” katanya. (Jun)