Safari Ramadhan ke Masjid Babussalam Lampaseh Aceh

Banda Aceh – Tim Safari Ramadhan Pemko Banda Aceh dipimpin oleh Wakil Wali Kota Drs H Zainal Arifin mengunjungi Masjid Babussalam, Gampong Lampaseh Aceh, Kecamatan Meuraxa, Jumat (26/6/2015).

Turut hadir mendampingi Wakil Wali Kota, antara lain Sekdako Ir Bahagia Dipl SE, sejumlah Asisten, Staf Ahli, Kabag, Kepala SKPD di lingkungan Pemko Banda Aceh, sejumlah Camat dan Keuchik dalam Kecamatan Meuraxa.

Seperti kunjungan ke dua masjid sebelumnya, bada Shalat Isya, Keuchik Zainal (panggilan akrab Zainal Arifin-red) menyerahkan bantuan dana dari Pemko Banda Aceh sebesar Rp 10 juta untuk pembangunan Masjid Babussalam.

Usai usai Shalat Tarawih dan Shalat Witir berjamaah, acara dilanjutkan dengan ramah tamah antara Keuchik Zainal bersama rombongan dan sejumlah warga Lampaseh Aceh. Pihak pengurus masjid juga menyediakan aneka kue dan minuman untuk jamaah yang hadir.

Tak ketinggalan, acara juga diisi dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Ustaz Masrul Aidi Lc yang menyorot soal kemakmuran masjid. Menurut Pimpinan Pesantren Babun Najah ini, banyaknya jumlah jamaah yang hadir ke rumah Allah lebih penting dari kemakmuran masjid secara fisik.

Pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabat, masjid-masjid yang ada sangat sederhana, namun segala aktivitas mulai dari dakwah dan pemerintahan dipusatkan di sana. “Masjid dulu hanya beralaskan tanah bukan keramik seperti masjid-masjid kita sekarang ini, dan tidak ada aksesoris apapun.”

Saat ibukota pemerintahan Islam dipindahkan ke Damaskus, Suriah, oleh Muawiyah bin Abu Sofyan, mulailah dibangun masjid-masjid yang bagus dan indah. “Dan hal ini pernah dikritik oleh Abdullah bin Ibnu Abbas yang juga sepupu nabi,” kata Ustaz Masrul.

Ia menambahkan, Abdullah bin Ibnu Abbas menilai lebih penting memakmurkan masjid dalam arti sebenar-benarnya yakni dipenuhi oleh jamaah yang beribadah, bukan bangunannya saja yang megah.

Terkait bantuan dana yang diberikan oleh Pemko Banda Aceh malam tadi, Ustaz Masrul berharap agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, baik untuk memakmurkan masjid secara fisik maupun non fisik. “Sehingga harapan Muawiyah dan Abdullah bin Ibnu Abbas dapat terwujud.”

Idealnya sebuah masjid itu selalu penuh oleh jamaah dan kerap diisi dengan pengajian maupun kajian-kajian agama. “Fasilitas masjid termasuk MCK juga penting untuk dibenahi agar masyarakat merasa lebih dekat, nyaman dan betah di masjid,” katanya.

Masih menurut Ustaz Masrul, bangunan masjid yang megah dan indah zaman sekarang berbeda 180 derajat dengan kondisi masjid pada zaman nabi. “Namun apa saja yang dipandang oleh mayoritas mukmin sebuah kebailkan, maka di hadapan Allah itu juga merupakan sebuah kebaikan,” pungkasnya. (Jun)


SHARE: