Gusmeri: Antara Kopi dan Musim 4G di Aceh
Banda Aceh – Kopi dan Aceh tidak bisa dipisahkan. Hal tersebut telah menjadi budaya bagi masyarakat Aceh. Semenjak masa kerajaan dahulu, ngopi sudah menjadi kebiasaan di lingkungan istana, bahkan untuk menjamu tamu kerajaan sekalipun.
Begitu ungkap Asisten Keistimewaan Ekonomi dan Pembangunan Setdako Banda Aceh Ir Gusmeri MT, saat mewakili Sekdako Banda Aceh Ir Bahagia Dipl SE untuk membuka public exhibition bertema “This Is My Aceh” di Gedung IT Learning Centre, Banda Aceh, Kamis (5/11/2015).
Sebelum membacakan sambutan tertulis dari Sekda, Gusmeri mengatakan sangat mengapreasi kegiatan tersebut. “Bicara soal kopi tentu gak akan habis-habisnya, bahkan hingga kini masih sering kita dengar istilah uang kopi,” katanya yang disambut tawa hadirin.
“Sejarah telah mencatat, sejak masa Sultan Iskandar Muda dahulu, setiap ada pertemuan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Turki, misalnya, sudah ada jamuan minuman kopi,” kata Gusmeri pada acara yang digagas oleh sejumlah mahasiswa Arsitektur dari University of Technology Sydney (UTS), Australia, dan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Kopi dan Aceh tidak bisa dipisahkan, hal tersebut telah menjadi budaya bagi masyarakat Aceh. “Budaya ngopi tak akan pernah hilang dari Aceh, berbeda dengan musim 4G sebelumnya di Aceh,” katanya di hadapan para desainer muda dari berbabagi negara yang tergabung dalam The Kupi Culture Project tersebut.
G yang pertama, katanya, adalah Gajah. “Pada tahun 60-an, di kawasan Saree, Aceh Besar, Gajah sangat banyak populasinya. Namun kini semakin berkurang seiring dengan maraknya perburuan liar dan perambahan hutan yang merusak habitatnya.”
G kedua, Ganja, yang sempat booming pada tahun 1980-an. “G selanjutnya adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang mencuat pada periode 70 hingga 90-an. Namun kini Aceh telah memasuki suasana damai pasca MoU Helsikni.”
“G yang terakhir adalah Giok yang mungkin saja musimnya akan berakhir segera setelah pemerintah memperketat regulasinya agar tidak terjadi ekploitasi besar-besaran hingga merusak lingkungan,” kata pria yang pernah menjabat Kadis PU Banda Aceh ini.
16 desainer muda dari UTS Autralia telah melakukan riset tentang Warkop di Banda Aceh selama 10 hari sejak 27 Januari lalu. Pada pameran tersebut, mereka menampilkan sejumlah karya mereka berupa foto, sketsa rancangan bangunan dan video yang terinspirasi dari warung kopi dan budaya ngopi masyarakat Aceh.
Turut hadir pada kesempatan itu, di antaranya Joanne Taylor selaku Co-Founder The Kupi Culture Project, Brooke Jackson Pimpinan Global Studio UTS Australia, Kadisbudpar Kota Banda Aceh Fadhil SSos, Pembantu Dekan III Fakultas Teknik Unsyiah Dr Nasrullah, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Unsyiah Ir Izziah Hassan MSc dan sejumlah awak media. (Jun)