Buka Lomba Aku Tahu Gizi, Ini Pesan Illiza

 

Banda Aceh – Masyarakat Aceh merupakan penyumbang terbesar konsumi kalori di Indonesia terutama karbohidrat yang bersumber dari Nasi dan Gula. Dari hasil penelitian, hal itu menyebabkan prevalansi atau jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi di Aceh juga meningkat.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua DPD Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Aceh Ampera Miko dalam sambutannya pada acara pembukaan Lomba Aku Tahu Gizi di Aula Gedung C Balai Kota Banda Aceh, Minggu (17/4/2016). 

Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional ke-56 itu diikuti oleh puluhan mahasiswa/mahasiswi perwakilan dari Akfar Muhamadiyah, Akafarma Banda Aceh, D III dan D IV Jurusan Gizi Poltekkes Aceh, Akper Kesdam IM dan sejumlah akademi kesehatan lainnya.

Menurut Ampera, secara umum permasalahan gizi terbagi dua, yakni kekurangan gizi yang mayoritas dialami anak-anak, dan kelebihan gizi yang umumnya dialami oleh orang dewasa dan usia lanjut. “Untuk itu, kami mengharapkan ke depan semakin banyak ahli gizi yang profesional di Aceh yang mampu bekerja menanggulangi kedua permasalahan tersebut,” katanya.

“Kepada pemerintah, kami juga memohon agar terus berupaya meningkatkan pengetahuan para ahli gizi yang ada sehingga terampil dan mampu memberi advokasi kepada masyarakat, khususnya bagi ahli gizi yang bertugas di gampong-gampong,” katanya lagi.

Persagi yang telah eksis di Aceh sejak 2008 lalu, sebutnya, siap membantu program-program pemerintah di bidang kesehatan maupun mengadakan training of trainer (ToT). Ia pun mengungkapkan salah satu kesalahan yang lazim dilakukan adalah saat mencuci piring dan tidak bersih membilas sehingga menyisakan detergen.

“Secara tidak langsung maka kita telah mengkonsumsi deterjen. Jika detergen masuk ke dalam tubuh, itu sangat berbahaya karena bisa menghambat metabolisme tubuh kita,” ungkapnya.

Sementara Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal saat membuka acara menyebutkan, selain halalan (dibolehkan oleh Allah SWT), makanan yang dikonsumsi haruslah bersifat thayyiban yang artinya berguna bagi tubuh dan menyehatkan. 

Illiza juga mengajak para peserta untuk mencontoh pola makan Rasulullah Muhammad SAW. “Rasul meminum air yang cukup sekira dua jam sebelum makan. Kemudian saat bangun pagi, Rasul juga memilih makanan yang memiliki kandungan air yang banyak untuk menggantikan cairan tubuh, di samping rutin mengkonsumsi Madu.”

Ia menambahkan, gizi yang baik harus diberikan kepada anak sejak masih dalam kandungan yang dilanjutkan dengan pemberian ASI eklusif, makanan pendamping hingga asupan gizi yang baik dan seimbang saat anak mulai beranjak remaja. 

“Kekurangan gizi pada anak dapat menyebabkan pertumbuhan fisik dan otak anak tidak optimal, anak menjadi kurus dan sangat pendek (stunting). Sementara itu, kelebihan gizi juga tidak baik bagi anak karena memicu munculnya berbagai penyakit,” pesan Illiza. 

Saat ini, sambung Illiza, pihaknya tengah mengembangkan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM) Online yang salah satu output-nya berupa aplikasi pengingat jadwal pemeriksaan bagi ibu hamil. “Melalui telepon seluler, ibu-ibu hamil akan kita ingatkan jadwal pemeriksaan rutinnya ke Puskesmas atau Bidan terdekat,” pungkasnya. (Jun)


SHARE: