Bertemu Jenderal Isaac Po, Keuchik Zainal: Damai Itu Indah
Banda Aceh – Rabu (17/2/2016), Pemerintah Kota Banda Aceh menjamu makan malam Pimpinan Karen Etnik Bersenjata Myanmar Jenderal Isaac Po beserta rombongan di pendopo wali kota.
Di pendopo, Isaac Po dan rombongan disambut oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin bersama sejumlah Kepala SKPK dan kabag di lingkungan Setdako Banda Aceh.
Kedatangan rombongan Karen Etnik Bersenjata Myanmar ke Aceh yang difasilitasi oleh ICAIOS tersebut untuk mempelajari proses perdamaian Aceh. Saat ini, mereka tengah menjajaki proses perundingan damai dengan pemerintahan yang berkuasa di Myanmar.
Dalam sambutannya, Zainal Arifin mengucapkan selamat datang kepada tamunya di Banda Aceh -sebuah kota kecil yang sedang berbenah diri pasca luluh lantak dilanda bencana maha dahsyat gempa bumi dan tsunami pada 2004 silam.
Sebelum itu, urainya, kondisi Aceh secara umum termasuk Banda Aceh berada dalam konflik berkepanjangan antara GAM dan RI. “Namun alhamdulillah, bencana yang meluluhkan Aceh, ibarat sengsara membawa nikmat. Konflik panjang berakhir yang ditandai dengan kesepahaman kedua belah pihak untuk perdamaian.”
“Saya yakin semua kita sepakat, bahwa damai itu indah. Dulu saat konflik, kita selaku masyarakat tidak bebas untuk berkiprah. Kami sangat mensyukuri perdamaian ini yang membuat kami nyaman beribadah dan bersilaturahmi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik,” katanya.
Pria yang akrab disapa Keuchik Zainal ini pun berharap, dengan ketersediaan SDM yang melimpah, Myanmar di masa mendatang dapat lebih maju dan sejahtera. “Semoga kita dapat menjalin hubungan lebih lanjut untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana kita bisa bangkit dari keterpurukan di masa silam,” pungkasnya.
Isaac Po pada kesempatan itu menyampaikan terima kasih atas sambutan yang hangat dari Pemko Banda Aceh dan jamuan makan malam dengan menu khas Aceh yang disebutnya terasa sangat pas di lidah mereka. Malam itu, Isaac Po dan rombongan juga sangat terkesan dengan penampilan Rapai Geleng dari sanggar Cit Ka Geunta.
Ia menjelaskan, pihaknya datang ke Aceh untuk mempelajari bagaimana masyarakat Aceh bersatu, berjalan dan menyelesaiakan masalah bersama. “Kami di sini untuk belajar step by step proses negosiasi damai antara GAM dengan pemerintah RI hingga penandatanganan MoU Helsinki.”
“Setelah lebih dari 60 tahun konflik bersenjata, kini kami memiliki kesempatan untuk bernegosiasi dengan pemerintah guna membicarakan proses damai. Sekarang kami sedang bersiap menuju proses tersebut, dan semoga ke depan ikrar damai tidak hanya terjadi di atas meja semata,” katanya.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut Yusni Sabi selaku International Board ICAIOS Aceh, T Zulfikar Plt Direktur Eksekutif ICAIOS Aceh, serta Betchak Padilla dan Zabra dari Center for Peace and Conflict Studies.(Jun)