Delegasi APEKSI Banda Aceh Studi Banding ke PDAM Tirta Dharma Malang
Malang – Di sela-sela launching city expo dalam rangka kegiatan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) yang akan digelar pada 12-16 Juli 2017 mendatang di Kota Malang, delegasi Banda Aceh dipimpin oleh Wakil Wali Kota Zainal Arifin melakukan studi banding ke PDAM Tirta Dharma Malang.
Turut serta dalam rombongan Kabag Humas Setdako Banda Aceh Dody Haikal, Kabag Umum Rosdi dan Sekretaris Dinas Pariwisata Banda Aceh Zainal A. Di kantor PDAM Tirta Dharma, mereka disambut langsung oleh Direktur PDAM Tirta Dharma, Teguh Cahyono.
Wakil Wali Kota Zainal Arifin mengatakan studi banding ini bertujuan untuk mempelajari lebih jauh terkait sistem District Meter Area (DMA) yang diterapkan PDAM Kota Malang dalam penyaluran air ke rumah-rumah warga dan bagaimana cara menimalisir angka pencurian air.
“Sistem DMA yang diterapkan Kota Malang ini akan kita coba adopsi dan terapkan di Kota Banda Aceh untuk menyelesaikan permasalah air yang ditargetkan harus tuntas pada 2019. Pertemuan lanjutan akan digelar lagi nantinya untuk membahas hal-hal teknis,” katanya.
Pria yang akrab disapa Keuchik Zainal ini juga mengungkapkan PDAM Tirta Daroy Banda Aceh masih kerap menghadapi masalah kehilangan air seperti di hotel-hotel, selain masalah kebocoran pipa. “Penanganan terkait permasalahan-permasalahan seperti ini yang ingin kami pelajari dari Kota Malang,” katanya lagi.
Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Dharma, Teguh Cahyono memberikan penjelasan kepada delagasi Banda Aceh seputar penyaluran air bersih di Kota Malang. Ia menjelaskan dari data terakhir Februari 2017, tercatat ada 153.787 pelanggan PDAM di Kota Malang.
“Pemko Malang memberikan subsidi bagi pelanggan untuk penyambungan. Jadi masyarakat hanya membayar Rp 500 ribu, jika tidak ada subsidi maka biayanya mencapai lebih kurang Rp 3 juta,” ujar Teguh Cahyono.
Ia mengatakan PDAM Tirta Dharma saat ini mempunyai 72 unit reservoar (penyimpanan air) dengan luas lebih kurang 34 kubik. “Setiap satu reservoar melayani 200 pelanggan, akan tetapi ini hanya sementara dan rencananya akan diganti dengan unit yang dapat menampung 1.000 liter berbahan galvanis.”
“Sementara untuk kasus kehilangan air, angkanya sempat mencapai 41 persen pada 2011 lalu. Tapi di awal Februari 2017 terjadi fluktuasi dikarenakan tekanan air, akan tetapi kami tetap melakukan pengawasan dengan maksimal untuk meminimalisir angkanya,” ujar Teguh. (Hfz)